Kamis, 20 Oktober 2016

Memahami Metode Penelitian

1. Pendahuluan

    Metode berasal dari bahasa yunani yaitu meta dan bodos yang artinya adalah cara. Metode penelitian dibagi menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Terkadang, metode kualitatif ini banyak orang salah mengartikan secara beraneka ragam, seperti gampangan, rumit bahkan dianggap inferior dan marginal dibandingkan metode kuantitatif. Sebenarnya, jika tidak memahami secara mendalam, orang dapat gagal memahami secara benar isinya. Menurut saya, setiap metode baik metode kuantitatif maupun kualitatif memiliki kelebihan dan kekurangan masing, baik itu dari metode, asumsi paradigma, gaya, dll.

2. Perbandingan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

      Kedua metode tersebut memiliki kekuatan dan keterbatasan masing-masing dan memiliki cara pandang yang berbeda. Berikut adalah tipe yang dimiliki oleh kedua metode tersebut :
Metode kuntatif :
- Berparadigma tradisional
- Positivistik
- Eksperimental

Metode kualitatif :
- Paradigma naturalistik-interpretatif Weberian
- Perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme

      Metode kuantitatif berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
     “Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, metode penelitian mempunyai pula asumsi paradigmatik. John W. Cresswell menilik beberapa dimensi asumsi paradigmatik yang membedakan penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Dimensi-dimensi tersebut mencakup ontologis, epistemologis, axiologis, retorik, serta pendekatan metodologis. Secara ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas sebagai “objektif” dan dalam kacamata “out there”, serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti kualitatif memandang realitas merupakan hasil rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif bersikap independen dan menjaga jarak (detachment) dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan bahasa, penelitian kuantitatif biasanya menggunakan bahasa-bahasa penelitian yang bersifat formal dan impersonal melalui angka atau data-data statistik.
          Jadi, menurut saya kelebihan dari metode kuantitatif adalah memiliki konteks yang luas yang secara umum, memiliki banyak sumber yang diteliti sehingga mempunyai banyak kasus. Namun kekurangan yang dimiliki oleh kuantitatif adalah memandang realitas sebagai bentuk objektif. Jadi, metode kuantitatif tidak terlalu mementingkan realita dan terpisah dari subjek yang ditelitinya. Sedangkan, kelebihan dari kualitatif adalah lebih mementingkan makna yang terkandung dan lebih memperhatikan realitas, memiliki landasan teori sesuai fakta. Sedangkan, kekurangannya adalah untuk ukuran penelitian kecil. Secara metodologis, penelitian kuantitatif lekat dengan penggunaan logika deduktif dimana teori dan hipotesis diuji dalam logika sebab akibat. Desain yang bersifat statis digunakan melalui penetapan konsep-konsep, variabel penelitian serta hipotesis. Sementara itu, penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial.


3. Gaya Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

      Gaya Penelitian Kualitatif :
  - Mengkonstruksikan realita dan kultural
  - Fokus pada proses dan peristiwa secara interaktif
  - Otensitas adalah kunci
  - Hadirnya nilai secara eksplisit
  - Dibatasi situasi
  - Analisis tematik
  - Peneliti terlibat

      Gaya Penelitian Kuantitatif :
  - Mengukur fakta-fakta yang objektif
  - Fokus pada variabel - variabel
  - Reliabilitas adalah kunci
  - Bebas nilai
  - Bebas dari konteks
  - Banyak kasus dan subjek
  - Analisis statistik
  - Peneliti terpisah

   Gaya penelitian kualitatif lebih kepada kualitas dari realita, sehingga peneliti dilibatkan dalam hal ini. Selain itu, otentitas dari fakta adalah sebuah kunci dari penelitian. Dan proses yang dilakukan adalah peristiwa yang interaktif. Sedangkan, gaya penelitian kuantitatif, lebih terfokus kepada kuantitas dari para sumber / variabel-variabel. Subjeknya adalah dari jumlah dari pendapat-pendapat seseorang, sehingga lebih mementingkan reabilitasnya sehingga banyak kasus dan subjek yang dihasilkan. Penelitian ini tidak memetingkan konteksnya, sehingga tidak melihat dari realita yang ada. Penelitian ini tidak mementingkan para peneliti, dimana para peneliti tidak diperlukan dalam konteks ini,










Sumber : http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/viewFile/122/110
Read More

My Blog List

Laman gunadarma

Pages

Total Pageviews

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts